SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Jumat, 12 Februari 2010

Saya Kader Golkar yang Menjadi Petarung Sejak Awal

Ilham Arief Sirajuddin, Blak-blakan Bicara Partai Golkar (1)
Laporan
Abubakar AR

Sejak pekan lalu, Ilham Arief Sirajuddin menjadi buah bibir dan target buruan pekerja media. Bukan karena jabatannya sebagai walikota Makassar, melainkan intrik yang di Partai Golkar. Episode politiknya seakan tak pernah redup, kendati baru-baru ini menyatakan diri mundur dari kepengurusan partai terbesar di Sulsel itu. Berakhirkah karier politiknya setelah itu? Secara eksklusif dia menuturkannya panjang lebar kepada FAJAR.

"Semua posisi atau jabatan yang saya peroleh, tak pernah diraih dengan instan. Semuanya melalui proses panjang dan perjuangan," ujarnya membuka pembicaraan. Ilham rupanya tidak ingin kekaderannya di Partai berlambang pohon beringin itu dipandang sebelah mata. Dia tidak ingin pencapaiannya sekarang disebut sebagai pemberian atau ditunjuk begitu saja. “Di Golkar, saya berjuang dari bawah. Karena itu saya bisa disebut petarung. Karier politik tertinggi saya di partai sebagai ketua Golkar Sulsel, juga tak saya dapatkan dengan instan, melainkan penuh perjuangan dalam pertarungan politik," tandasnya.

Awal karir Ilham di Partai Golkar harus berjibaku selama 12 tahun. Bidangnya pun tak jauh-jauh amat dari bidang keamanan. "Kalau ada kampanye waktu itu, saya bertugas di lapangan sebagai Satgas dan sebagainya. Jadi saya ikut berproses di Golkar, bukan tiba-tiba," ungkapnya.

**

Masyarakat awam yang benar-benar tidak mengenal siapa Aco –begitu pria ini akrab disapa, mungkin akan kaget melihatnya di kantin siang itu. Ditemani beberapa staf dan wartawan peliput di balaikota, walikota Makassar itu sangat lahap menyantap mie kuah yang dipesannya sembari sekali-sekali terbahak-bahak oleh cerita lucu yang dikisahkannya sendiri. Hanya lencana jabatan yang melekat di dada dan pundaknya sebagai pembeda dari pengunjung kantin. Sangat akrab dan mencairkan suasana.

Di benak kami, terlalu banyak pertanyaan yang akan mendarat di telinga Ilham selepas siang, karena begitu banyak wartawan yang sudah siap dengan perlengkapannya berniat melakukan wawancara. Untung saja, FAJAR sehari sebelumnya sudah membuat janji bertemu. Pembicaraan lalu berpindah ke ruang kerja walikota yang lebih lapang dan adem. Sesuai janjinya, Ilham tidak akan menerima tamu sampai perbincangan dengan FAJAR berakhir.

**

Ilham masih ingat, dirinya selalu saja terlibat di bagian keamanan, sebelum kemudian menjadi ketua biro pemuda di Golkar Makassar. Lalu naik lagi menjadi wakil bendahara. Karirnya di pengurusan Partai Golkar kemudian terus menanjak setelah menjadi ketua biro pemuda di Golkar Sulsel, nasib baikpun mengantarkan Ilham menjadi Anggota DPRD.

Ketika menjabat sebagai korwil di Golkar dan telah mengendalikan Golkar Makassar selama sembilan tahun, lalu mencapai top level di Golkar Sulsel, menjadi pertanda bahwa ia bekerja untuk Golkar. Dia merujuk pada situasi kritis Golkar pasca-pemilihan gubernur Sulsel. Sebanyak 23 DPD II Golkar kabupaten/kota tiarap. Semangatnya turun. Golkar Sulsel tak mampu mengembalikan semangat itu kembali. Golkar benar-benar kritis, hingga muncul desakan agar segera dilakukan suksesi.

Meski waktu itu, kata Ilham, Amin Syam bermaksud menyerahkan kepemimpinan Golkar kepadanya,dia justru meminta agar dilakukan dengan proses. “Melalui musdalub, saya menghadapi Pak Roem yang didukung Pak Syahrul dan Pak Agus. Pertarungannya sangat keras. Pak Agus malah dengan lantang menegaskan akan mundur dari kepengurusan Golkar bila saya menang. Alasannya, tidak mungkin seorang walikota membawahi wakil gubernur.

Padahal tak laik berpikir seperti itu. Tak ada kaitan antara hubungan struktural politik dan struktural pemerintahan. Tapi hasilnya, saya menang,” tandasnya bangga.
Akhirnya, Agus Arifin Nu'mang memilih keluar dari kepengurusan Golkar yang dikendalikan Ilham. Tugas berat menanti Ilham, karena Pemilu 2009 sudah di depan mata. Dua bulan pertama memimpin Golkar Sulsel, langsung menggelar roadshow ke 23 DPD II Golkar untuk membangkitkan kembali semangat kader Golkar menghadapi pemilu 2009.

"Saya tak bisa membayangkan. Basis terkuat Golkar adalah Sulsel, bila tak ada gerakan membangkitkan kembali semangat kader Golkar, bisa saja suara Golkar diambil partai lain. Pasalnya sangat sulit menahan pergerakan partai yang sedang berada di tampuk pimpinan nasional," jelasnya.

Meski Golkar tak keluar sebagai pemenang pemilu secara nasional, Sulsel tetap menjadi basis terkuat perolehan suara Golkar. Terutama karena partai yang dipimpinnya meraih perolehan suara terbanyak di 23 kabupaten, kecuali Sinjai. Selesai di Pemilu, Ilham lalu memulai pertaruhan besarnya di kancah musyawarah nasional (Munas) Golkar yang berani berdiri di barisan Surya Paloh, berseberangan dengan orang-orang berpengaruh di Golkar yang memilih mendukung Aburizal Bakrie. Mengapa Ilham memilih Paloh, lalu seperti apa pengaruh Syahrul Yasin Limpo dan Nurdin Halid dalam perjalanan politiknya? Ikuti penuturannya besok. (bersambung)

Sumber: Harian FAJAR Cetak Edisi 5 Januari 2010

Tidak ada komentar:

follow me @maqbulhalim