SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Minggu, 09 Maret 2008

Lolos ke 20 Besar Teratas

(Seleksi Calon Anggota KPU Sulsel 08-13)

Ketika di Bandara Internasional SOEKARNO HATTA Cengkareng (7 Maret 2008), saya mendapat panggilan telepon dari Pahir Halim (Anggota KPU Makassar 2003-2008). Kak Pahir (saya menyapanya begitu karena ia lebih senior dari pada saya dalam berbagai hal) memberitahukan kepada saya bahwa saya lulus tes tertulis calon anggota KPU Propinsi Sulawesi Selatan periode 2008 – 2013 bersama dengan 19 calon lainnya.

Mendapat kabar seperti itu, saya tentu saja gembira. Saya juga langsung bertanya kepadanya, “Lantas, bagaimana dengan Kak Pahir sendiri?”

“Alhamdulillah, saya juga seperti Maqbul. Saya lulus,” jawab Pahir.

Saya bilang bahwa kalau seperti itu hasilnya, berarti hasil menggembirakan. Ketika ia mendengar saya menilai situasi menggembirakan, ia langsung menyelah.

“Tapi ada satu masalah,” katanya. “Pak Darwis tidak lulus ke 20 Besar teratas,” katanya melanjutkan.

Kami pun berbincang kira-kira lima menitan. Saya terus bertanya, ada apa gerangan sampai Kak Darwis (saya lebih akrab menyapa atau menyebut namanya seperti itu) tidak lolos. Saya katakan bahwa itu bisa menjadi masalah bagi 20 orang yang telah lolos itu. Letak masalahnya adalah bahwa Pak Darwis itu mempunyai kompetensi yang tinggi, pengalamannya bisa diandalkan, serta serta jaringan yang luas. Banyak hal yang saya pikirkan, dan dengan itu, sulit menyebutkan ketidak-lulusan Pak Darwis sebagai sebuah kewajaran.

Sebelumnya, saya sebenarnya juga sudah pasrah. Saya pesimis bisa lolos ke peringkat 20 Besar teratas, mengungguli 109 peserta yang lain. Sikap pesimis itu juga pernah saya kemukakan ketika berbincang bersama dengan beberapa staf sekretariat KPU Sulsel pada kira-kira satu minggu sebelum pengumuman. Adnan, salah seorang staf, juga ada ketika itu. Saya mengaku bahwa saya pesimis dengan hasil kerja yang telah saya berikan melalui lembar jawaban. Meski demikian, seperti saya meyakinkan mereka pada saat itu, saya tetap yakin bisa lolos ke peringkat 20 Besar teratas.

“Pak Maqbul, bapak kelihatan sudah siap. Pak Maqbul berdoa terus, ya!” tanya Andi Arifin, seorang staf KPU Sulsel ketika itu. Waktu itu, saya baru saja pulang dari melayat di rumah duka almarhum Mansyur Semma. Saya mengenakan peci hitam, dipadu dengan baju koko warna gelap.

Mereka mendoakan saya, meski sudah yakin bahwa saya bakal lolos ke peringkat 20 besar. Mereka berpikir tentang manfaat berkerja dengan orang-orang yang sudah dikenal karakternya dan sekaligus juga memang sudah menjalin pertemanan. Hanya saja, saya juga percaya bahwa apa yang mereka harapkan dan doakan, tidak berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan para anggota tim seleksi. Jika itu suara hatinya, suara hati itu juga belum tentu akan didengar oleh KPU Pusat di Jakarta.

Akhirnya, saya bersyukur karena lolos ke peringkat 20 besar. Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

follow me @maqbulhalim