SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Sabtu, 22 Oktober 2022

Disebut BABI



Saya terperanjat membaca kabar di twitter akun @pemberang1 (21/10/2022) pukul 18:10, ada spanduk relawan Anies Baswedan yang sebut hanya B'bi yang mengharamkan Anies jadi presiden. Kontroversi spanduk ini pertama kali diangkat sebagai berita oleh media online Kata Logika pada Jumat kemarin (21/10) dengan judul: Masyarakat Kecam Spanduk Relawan Anies: Tidak Dukung Anies Adalah Babi (https://bit.ly/3MRoGrz).


Sekelompok umat/masyarakat yang oleh Denny Siregar disebut dengan nama Kadal Gurun, lalu disingkat KADRUN, mulai memainkan politik identitas untuk memisahkan Anies dari Demokrasi sehat. Mereka yang disebut Umat KADRUN ini pernah sukses dengan politik identitas pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Hasilnya, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang non-Muslim kalah dari Anies Baswedan yang didukung penuh oleh muslim kiri, muslim radikal, muslim gurun pasir, muslim Bumi-Datar. 


Politik identitas yang dimainkan kelompok Anies Baswedan ini pada waktu itu memecah belah bangsa Indonesia dan umat Islam Indonesia. Kelompok Anies yang berciri khas sorban putih atau peci putih, dan bernama GNPF-MUI, menteror lembaga peradilan, sehingga Ahok dilabel sebagai penista agama Islam. Tentu saja wacana "penista agama" ini adalah makanan renyah, karena Ahok adalah non-Muslim. 


Dengan politik identitas itu, seorang nenek di Jakarta yang bergama Islam dikabarkan meninggal. Kabar meninggalnya menyedihkan Bangsa Indonesia. Karena dia diidentifikasi sebagai pendukung Ahok pada Pilgub DKI saat itu, di sinilah kesedihan itu bermula. Jenasah si nenek tersebut disosialisasikan agar tidak disolatkan oleh umat Islam di Jakarta, karena dia tergolong penista agama. Kejam. Biadab.


Saat itu, Jakarta sedang di puncak perpecahan yang menakutkan. Umat Kadrun bebas memfitnah, menghardik, menghasut, kampanyekan kebencian dan anti pemerintah, kebal hukum dan kebal etika-moral, leluasa mempraktekkan kejahiliyaan. Habib-habib yang diklaim sebagai cucu nabi, disawer murah ibarat "kupu-kupu malam" dalam aquarium lampu, dengan tugas berteriak "lonte" dan memaki-menghardik. 


Jakarta dikepuli asap fitnah. Gerombolan "Yaman" menguasai Jakarta. Keturunan "Yaman" mengalahkan Ahok. Intoleransi mengalahkan toleransi.


Pada Pilpres 2019, kelompok anarkis ini ingin mengulang sukses Pilkada DKI 2017. Kala itu, kawanan Kadrun mengoleksi ulama jadi-jadian untuk memproduksi fatwa-fatwa. Alhamdulillah, umat Islam Indonesia membuang jauh-jauh fatwa ulama jadi-jadian ini. Umat Islam memilih Joko Widodo, bukan memilih capres hasil ijtima ulama jadi-jadian itu. 


Saat jelang Pilpres 2024, mereka datang lagi. Mereka berdalih, bahwa siapa yang mengharamkan Anies Baswedan jadi presiden, mereka itu adalah Babi. Jika spanduk ini betul adanya, saya lebih memilih disebut Babi daripada pilih Anies Baswedan. Biarlah disebut Babi tapi cinta damai, cinta toleransi, cinta NKRI.


Maqbul Halim

(Makassar, 22 Oktober 2022)

Tidak ada komentar:

follow me @maqbulhalim