SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Selasa, 20 November 2012

Rebutan Corong Soal Bom Komandan

Oleh Maqbul Halim
(Jubir Sayang)

Peristiwa pelemparan bahan peledak kepada Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (Bom Komandan) pada kegiatan Jalan Santai Partai Golkar Makassar pada Minggu 11 November lalu di depan Monumen Mandala, membuat berbagai pihak merasa tidak nyaman. Kompetitor Syahrul di Pilgub, sebagaimana sikap yang diperlihatkan Sayap Tim Cagub Ilham-Aziz, BARAK 145 di kemudian hari, juga ikut merasa tidak nyaman.

Pengamat, suatu gelaran untuk mereka yang hanya berbicara atas dasar pengamatannya, juga ikut ambil peran terhadap Bom Komandan. Mereka ini, yakni kawanan pengamat bom komandan, telah menjadi bagian yang bermasalah dalam perihal Bom Komandan. Amatan mereka jauh lebih berasap. Asumsi mereka liar dan sporadis.

Asumsi Dasar

Ada beberapa asumsi dasar yang perlu dicermati terkait Bom Komandan tersebut. Pertama, banyak peristiwa bom dan terorisme terjadi di Indonesia, juga di Pulau Sulawesi seperti Poso, tapi mereka ini (kompetitor dan pengamat) tidak merasa berkepentingan memaksakan amatannya. Alasan pragmatisnya adalah karena kasus-kasus bom itu terletak jauh titik sentrum Pilgub Sulsel 2013.

Kedua, Syahrul Yasin Limpo adalah salah satu kadidat Cagub Pilgub Sulsel 2013. Pada dasarnya, Syahrul sebagai kandidat, memang sedang menjadi pusat perhatian publik. Saat Syahrul lolos dari cekaman maut Bom Komandan tersebut, perhatian positif publik terhadap Syahrul dengan sendiri meningkat (Up-Grading). Sementara kepentingan kompetitor adalah menurunkan perhatian positif publik kepada Syahrul (Down-Grading).

Ketiga, ada pihak-pihak yang mempunyai kaitan rekam jejak terhadap Pemboman MC Donald Mall Ratulangi dan Show Room NV Hadji Kalla di Makassar tahun 2002, serta bom rakitan yang meledak di Asrama Haji Sudiang 2001. Pihak-pihak ini kemudian mempunyai kepentingan politik pada Pilgub Sulsel 2013 ini, juga ikut keciprat resah dan cemas akibat Bom Komandan tersebut.

Ketiga asumsi dasar di atas ini dapat menguatkan bahwa kontroversi Bom Komandan itu erat kaitannya dengan konfigurasi kepentingan pragmatis Pilgub Sulsel 2013. Bom Komandan, dengan demikian, bisa saja telah menyiapkan berapa pilihan kepentingan politik praktis di Pilgub Sulsel 2013.

Spesialis Bom Pilgub Sulsel

Tidak semua bom yang gagal meledak, mengundang amatan dari pengamat-pengamat ini. Upaya pemboman yang gagal terjadi di rumah Menteri Keuangan Zimbabwe Tahun 2011 lalu misalnya, tidak penting bagi pengamat-pengamat di Makassar karena tidak terkait Pilgub Sulsel 2013.

Di Indonesia, tepatnya di Dusun Galih, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta, juga ditemukan bom aktif di sebuah warung. Tapi kawanan Pengamat Bom Komandan ini tidak pernah angkat bicara tentang bom yang gagal meledak itu. Demikian pula dengan bom Legian di Bali yang meledak, kawanan ini juga tidak pernah angkat bicara.

Pengamat bom dan terorisme seperti Ali Fauzy atau Al Chaidar, atau pengamat intelijen seperti Wawan Purwanto pun tidak pernah dibaca atau didengar berkomentar tentang Bom Komandan. Mereka semua itu tidak memiliki kepentingan politik pada Pilgub Sulsel 2013. Dari berbagai artikel yang pernah mereka tulis, atau komentarnya, semua didasarkan pada data dan fakta-fakta lapangan.

Pemutar-balikan Fakta

Jika bom komandan itu membuat persepsi positif publik terhadap Syahrul meningkat, itu berarti kontra-produktif terhadap usaha kompetitor yang sedang melakukan down-grading terhadap persepsi positif publik terhadap Syahrul. Oleh karena itu, kontra opini terhadap bom komandan sangat diperlukan oleh kompetitor.

Kontra opini terhadap bom komandan yang terbilang efektif adalah pemutar-balikan fakta. Pemutar-balikan itu, misalnya membangun anti-tesis bahwa bom itu adalah rekayasa pihak Tim Syahrul sendiri. Untuk itu, dibangunlah opini liar dari pengamat. Pengamat memaksakan amatannya, dan bahkan lepas total dari pekem-pakem metode penelitian dalam menarik kesimpulan.

Saat mengambil kesimpulan, kawanan pengamat ini tidak melibatkan informasi primer seperti bom berstatus aktif, sensitivitas bahan peledak TNT, campuran paku 5 cm sebanyak 40 biji, keterkaitan pelaku dengan jaringan teroris yang sudah ada, pelaku yang telah ditahan oleh Densus, pistol yang ditemukan di tas pelaku, dan sebagainya. Informasi primer ini telah diverifikasi oleh Kepolisian dan Densus-88.

Sementara, kawanan pengamat Bom Komandan justru menarik kesimpulan dari informasi sekunder: seperti rekaman video, polisi melakukan pengamanan tidak sesuai prosedur standar operasi (SOP), tidak banyak orang panik, Gubernur Syahrul tenang-tenang, bomnya tidak meledak, polisi terlalu cepat memberi keterangan, bukan polisi yang ringkus pelaku, dan sebagainya. Seolah mereka berebutan corong untuk menarik kesimpulan.

Informasi primer memiliki tingkat kepastian dan presisi yang paling tinggi. Sementara informasi sekunder memiliki ketidak-pastian yang paling tinggi dan presisi yang paling rendah. Saat ini, kepolisian dan Densus-88 menggunakan informasi primer untuk mengembangkan kesimpulannya. Sementara kawanan pengamat Bom Komandan menggunakan informasi sekunder untuk berhenti pada kesimpulan terakhir. 

Amatan Kawanan Pengamat Bom Komandan itu, justru memperkeruh keadaan dan cenderung mengulang peristiwa Bom Asrama Haji Sudiang 2001. Saat itu, pengamat ngotot bahwa isu adanya terorisme dan bom di Makassar tahun 2001 itu hanyalah REKAYASA. Saat teroris ledakkan bom di MC Donald dan NV Hadji Kalla tahun 2002, barulah warga Sulsel tersadar bahwa betul-betul ada bom dan teroris. Saat ini, kawanan pengamat bom komandan hendak menipu masyarakat Sulsel, bahwa Bom Komandan itu REKAYASA.

Soal pengamat terorisme dan bom, Kepala BNPT Ansyaad Mbai pernah mengeluhkan: “Pengamat teroris yang keblinger itu sama saja dengan teroris” (Kompas.com: Minggu, 10/9/2012). Ia menilai, pendapat para pengamat cenderung memperkeruh keadaan dengan cara menganalisis teror di Solo kala itu yang tak sesuai dengan fakta di lapangan.

Maqbul Halim
(Juru Bicara Tim Syahrul-Agus)

Sumber: Tribun Timur Edisi Cetak: Selasa, 20 November 2012
http://makassar.tribunnews.com

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Semoga saja Sulsel jadi Damai, bertarung yang sehat!

muhammad arfah mengatakan...

Kami hanya masyarakt biasa hanya menginginkan sul sel damai# buat pengamat, jubir, dan para tim sukses tolong ajari kami berpolitik yg baik sesuai dgn filosofi bugis, makassar, mandar dan toraja..karna kami ingin memilih pemimpin bukan memilih penguasa #jgn sesatkan kami dgn teori teori pembenaran, jgn sesatkan kami dgn informasi# Damai Sulsel'ku, damai sul sel'ta Damai sul sel kita semua #@portalboegis

follow me @maqbulhalim