SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Rabu, 20 Januari 2010

Transisi yang Berakhir Enak

Dari Asmidin ke Bur Unru
Catatan Muda Golkar Wajo

Saya dan beberapa pengurus dalam rombongan DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan mendampingi Syahrul Yasin Limpo yang juga ketua DPD I ke Wajo pada Sabtu, 16 Januari 2010. Kunjungan kami ke Kabupaten Wajo adalah untuk menghadiri pembukaan dan pelaksanaan Musyawarah Daerah Pengurus DPD II Partai Golkar Kabupaten Wajo yang diselenggarakan di Perkampungan Rumah Adat Atakkae, Sengkang.

Dalam pembukaan, saya terkesan oleh sambutan yang disampaikan Ketua Demisioner DPD II Golkar Wajo, H.A. Asmidin. Ia menyambut dengan gembira dan penuh haru atas kecenderungan seluruh Pincam Golkar Wajo untuk memilih Andi Burhanudin Unru atau biasa juga disapa Andi Bur. Hal itu diketahui setelah seluruh Ketua Pimpinan Kecamatan menyampaikan pandangan umum beberapa waktu sebelumnya.

Andi Bur adalah Bupati Wajo periode 2009 – 2014. Ia memenangi Pemilukada Wajo 2008 dengan mengalahkan calon dari Partai Golkar Wajo yang juga Ketua DPD I Golkar Wajo, A. Asmidin. Ketika itu, kubu Asmidin tidak menerima kekalahannya dan kemudian mengadukan KPU Wajo ke Mahkamah Konstitusi (MK). Keputusan MK kemudian menguatkan keputusan KPU Kab. Wajo yang memenangkan kubu Andi Bur.

Setelah Pemilukada itu, hubungan antara Asmidin dan Andi Bur kian jauh. Apalagi, beberapa waktu sebelum Pemilukada 2008 itu, Andi Bur adalah bawahan Andi Asmidin. Jabatan Andi Bur ketika itu adalah Sekretaris Daerah. Namun, karena situasi menjelang Pemilukada Wajo 2008 yang kian memanas, Andi Asmidin memutuskan untuk menggeser Andi Bur dari jabatan itu.

Kembali ke pembukaan Musda Golkar Wajo, saya terkesan dengan Andi Asmidin karena ia mampu menempuh langkah ekstrim dengan menyerahkan kendaraan Golkar-nya kepada pihak yang baru saja mengalahkanya dalam Pemilukada. Dalam sambutan ketika malam penyerahan Pataka Bendera Golkar dari Ketua DPD I Golkar Sulsel kepada Ketua Golkar Wajo terpilih, Andi Bur mengaku tidak menyangka bahwa orang yang akan memberinya jalan untuk menjadi ketua Golkar adalah orang yang pernah menjadi seterunya.

Itulah sebabnya, Andi Bur hanya mengatakan bahwa ia pernah “bertanding” dengan Andi Asmidin. Ia tidak menggunakan kata-kata mengalahkan, seperti yang saya gunakan dalam tulisan ini. Andi Bur beberapa menyebut Andi Asmidin dari berbagai sudut status, seperti Kakanda, Ayahanda, dan Atasan.

Saya sangat terharu. Saya menyebut peristiwa itu sebagai jalan terbaik yang ditemukan Andi Asmidin mengakhiri kekuasaannya di Pemerintahan Wajo dan di Kepengurusan Golkar Wajo dengan ujung transisi yang enak bagi semua pihak.

Saya merasa belum waktunya Golkar berterima kasih kepada Andi Asmidin. Beliau masih dalam tanggung jawab sebagai anggota Dewan Pertimbangan DPD I Golkar Sulsel, sebuah kedudukan terhormat untuk membantu Rezim Golkar Sulsesl di bawah kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo 2010-2015. Belum, belum, belum.

Makassar, 20 Januari 2010

Tidak ada komentar:

follow me @maqbulhalim