SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Rabu, 02 April 2008

KPU Sulsel Beranggotakan Wajah Baru

(31 Mar 2008, 360 x , Komentar)

Didominasi “Link” Muhammadiyah, KPU Makassar Terancam Krisis
Laporan: Syaikhan dan Alif Sappewali

MAKASSAR--Panitia Seleksi (Pansel) calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulsel telah menyelesaikan tugasnya, malam tadi. Tim yang dipimpin Prof Tahir Kasnawi ini, berhasil memilih 10 dari 20 calon anggota KPU Sulsel. Nah, sepuluh nama itu, nantinya akan dikirim ke Jakarta. Itu berarti, tugas Prof Kasnawi dkk, telah selesai.

Siapa saja yang dinyatakan lolos untuk selanjutnya dikirim ke Jakarta? Berdasarkan hasil pleno tim pansel di Hotel Clarion yang berakhir malam tadi, mereka yang dinyatakan lolos adalah Dr Abdul Rahman, Dr Jayadi Nas, Lomba Sultan, dan Makbul Halim.

Selain itu, Pahir Halim, Samsir, Waspada Santing, dan Ziaurahman Mustari. Tim pansel juga tetap memperhatikan keterwakilan perempuan dengan meloloskan Hasnawati Latif dan Nusra Azis.

Merujuk pada UU Penyelenggara Pemilu, kuota perempuan dalam struktur KPU memang sebesar 30 persen atau minimal dua orang. Itu berarti, tim pansel tetap memperhatikan keterwakilan kaum Hawa yang lolos masuk 10 besar.

Sebelumnya, tim seleksi yang dipimpin Prof Tahir Kasnawi, sekretaris DR Hj Amrah Kasim MA, dan anggota tim; Mustari Busra, MA, Drs H Mappiar HS, dan Abdul Rachmat Noer, SH, menggelar tes wawancara kira-kira pukul 10.00 Wita. Setelah tes itu, selanjutnya dilakukan pleno. Rapat pleno berintikan penentuan 10 besar dari 20 calon, malam tadi.

Sekretaris Tim Seleksi, Amrah Kasim mengungkapkan, 10 besar calon anggota yang dinyatakan lolos dinilai berdasarkan hasil tes wawancara dan psikologis mereka saat outbond. Sebanyak 20 calon anggota KPU itu mengikuti outbond dengan mengunjungi pasar tradisonal Pabaengbaeng dan Terminal Mallengkeri.

“Outbond dilakukan untuk mendeteksi kepekaan peserta saat diajak untuk mengobservasi realitas yang terjadi dalam masyarakat,” ujar Amrah.

Amrah menambahkan, penilaian anggota KPU Sulsel mempunyai bobot masing-masing; di antaranya penilaian kualitas komunikasi dan human relation 15 persen, penguasaan materi manajemen penyelenggaraan pemilu, sistem politik dan peraturan perundang-undangan di bidang politik dengan nilai 40 persen.

Selain itu, ada juga penilaian integritas diri, komitmen, dan motivasi sebanyak 20 persen. Penilaian kualitas pengalaman kepemimpinan dan kemampuan berorganisasi, 25 persen. “Kategori itulah yang dinilai,” tambahnya, meyakinkan.

Bagi calon yang masuk 10 besar, nantinya akan memperebutkan lima kursi yang tersedia di KPU Sulsel periode 2008-2013. Bila konsisten dengan aturan, maka bisa saja dari delapan pria yang lolos 10 besar itu, mereka tinggal berebut tiga kursi yang tersisa. Sebab, dua kursi lainnya sudah bisa dipastikan menjadi “jatah” perempuan.

Sejak awal, seleksi calon anggota KPU ini terbilang ketat. Dari 244 pendaftar, tercatat yang lolos seleksi berkas hanya 111 orang. Selanjutnya, tes tertulis berhasil meloloskan 20 calon hingga tes wawancara, yang menyisakan 10 orang.

Maqbul Halim, salah seorang calon anggota KPU yang lolos sepuluh besar, mengaku bersyukur atas hasil tim pansel itu. Ia menambahkan, lolosnya dirinya merupakan suatu keberuntungan. Untuk itu, dia berharap tetap mendapat keberuntungan sampai proses selanjutnya.

“Sebanyak dua puluh orang yang ikut seleksi itu semuanya orang hebat. Untuk mengambil sepuluh dari dua puluh orang itu, tentu sangat sulit. Kalau ada yang lolos dan ada yang tidak, cuma faktor keberuntungan,” tandas Maqbul diplomatis saat dikonfirmasi via ponselnya, malam tadi.

“Link” Muhammadiyah

Kendati sudah dilakukan dengan proses transparan dan diumumkan di media massa, namun hasil 10 besar calon anggota KPUD Sulsel, tetap menuai kecurigaan dari beberapa kalangan. Ada yang menduga bahwa lahirnya 10 nama itu adalah hasil

“konspirasi” Muhammadiyah. Pasalnya, sebagian besar calon yang lolos berlatar belakang Muhammadiyah.

Betulkah kecurigaan itu? Salah seorang anggota panitia seleksi, Rahmat Noer secara tegas membantah. Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel ini, berani memastikan bahwa tidak ada konspirasi untuk meloloskan calon yang berlatar belakang Muhammadiyah.

“Sepuluh nama calon yang lolos itu adalah hasil sebuah kompetisi yang mengedepankan kompetensi. Seleksi dibangun dengan mekanisme yang normatif. Hasilnya, sangat bisa dipertanggungjawabkan,” tandasnya.

Rahmat menambahkan, jika kemudian ada calon yang berlatar belakang Muhammadiyah yang lolos 10 besar, hal itu disebabkan karena kompetensi yang bersangkutan. Bukan karena diatur oleh pansel.

Rahmat mengaku, seleksi calon anggota KPU Sulsel berlangsung terbuka dan diumumkan melalui media massa. Menurutnya, sangat kecil peluang untuk mempermainkan seleksi tersebut.

Sementara itu, perebutan kursi anggota KPU Sulsel, tampaknya berdampak pada keanggotaan KPU Makassar. Itu karena dua anggotanya, yakni Maqbul dan Pahir mempunyai peluang untuk lolos menjadi anggota KPU provinsi.

Dengan kondisi itu, maka keanggotaan KPU Makassar terancam krisis. Terlebih lagi, pengganti A Tenri Palallo yang “naik kelas” ke KPU Sulsel, sampai saat ini belum juga dditetapkan. Kondisi tersebut, bisa jadi berdampak pada proses pilwalkot Makassar. (*)

Sumber: http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=60336
Tanggal: 31 Maret 2008

Tidak ada komentar:

follow me @maqbulhalim