SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Kamis, 03 April 2008

Apakah Tenri Membuatku Menyesal?

Saya menyesalkan tindakan Tenri yang mencoba mengajukan gugatan hukum atas hasil kerja tim seleksi calon anggota KPU Sulsel. Saya tentu saja menyesal karena saya berada di antara 10 orang yang dinyatakan lolos oleh tim seleksi, yang sedang dipersoalkan oleh Tenri. Seorang lagi dari 10 orang itu, Pahir Halim, adalah juga teman dan kolega Tenri ketika masih di KPU Kota Makassar.

Saya kaget, ia betul-betul menjalankan niatnya untuk memperkarakan tim seleksi. Ia mungkin hanya khilaf sehingga tidak berusaha mengetahui dengan baik keberadaan saya dan Pahir Halim pada daftar 10 orang yang lolos itu. Saya juga sangat sedih dan kaget ketika mengetahui Tenri tersingkir menunju peringkat 10 besar. Karena itu pula, saya juga sepenuhnya tidak begitu bersuka ketika mengetahui bahwa saya lolos ke peringkat 10 besar itu. Pukul 23.30 malam ketika itu, saya bangunkan Istriku. Ketika terjaga, saya memberitahukan bahwa Ibu Tenri tidak lolos ke 10 besar seleksi calon anggota KPU Sulsel. Ia terperanjat, dan lalu menanyakan diriku sendiri.

"Syukurlah, papa lolos. Tapi papa tetap sedih karena Ibu Tenri tidak lolos," jawabku sebelum ia melanjutkan tidurnya.

Saya tahu, ketika Tenri sukses mengkandaskan hasil kerja Tim Seleksi itu, saya dan Pahir Halim, teman dan saudara Tenri di KPU Makassar, tentu akan digodok ulang lagi (meski saya sendiri belum tahu secara prosedural bagaimana itu terjadi). Ibaratnya, saya bersama sembilan orang lainnya, telah memasuki suatu rumah singgah. Beberapa waktu kemudian, lima dari 10 orang ini akan mendiami rumah itu selama lima tahun. Sebelum menjadi 10, Tenri justru berusaha merubuhkan rumah itu, rumah tempat saya dan Pahir sedang menanti petunjuk selanjutnya. Itu bisa pula berarti bahwa saya dan Pahir kemarin adalah hasil kerja tim seleksi yang penuh intervensi, alias tiak fair.

Tapi saya berpikir kemudian, ya sudahlah! Saya akan tetap menganggap Tenri sabagai teman yang sangat berarti dalam suatu bagian hidupku. Ketika ia naik kelas ke KPU Sulsel setahun silam, saya mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa. Karena itu, apa pun yang diperbuat Tenri sehingga saya harus kerepotan atau tidak beruntung, saya tidak menyesal. Bukankah ia adalah teman dan saudara yang tidak sepantaran dengan harga apa pun.

Saya pun sadar bahwa Tenrilah satu-satunya peserta dari sembilan yang tidak lolos, tapi pulang dengan membawah nama buruk. Sembilan yang lain pulang membawah kabar tentang ketidak-lolosannya, namun tanpa ada penjelasan apa pun perihal penyebab ketidak-lolosannya. Ada berbagai alasan yang berseliweran perihal sebab musabab sehingga ia tidak lolos. Salah satu yang agak menyakitkan bagi saya sendiri adalah bahwa Tenri tidak diloloskan karena hasil psikotesnya berada pada jendela kuadran empat. Kuardran empat berarti bahwa yang bersangkutan tidak direkomendasikan untuk menjabat sebagai anggota KPU Sulawesi Selatan. Saya sendiri sakit hati mendengar gosip yang tersebar itu. Nah, bagaimana kira-kira perasaan Tenri jika mengetahui ada gosip seperti itu!

Tidak ada komentar:

follow me @maqbulhalim