SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Jumat, 28 Juli 2006

Dari Dialog Hasil Penelitian Nuansa Etnik dalam Realitas Media

(1) Media Lokal Mampu Redam Konflik Etnik
(27 Jul 2006, 56 x , Komentar)

FAJAR--Kematian Hasniati atau yang dikenal kasus Latimojong beberapa bulan lalu, nyaris menyulut kerusuhan besar di Makassar. Media yang kerap dipandang provokatif, ternyata mampu menyejukkan isu yang berbau SARA itu. eLSIM, sebagai Media Watch di Makassar, melakukan kajian di lima media lokal yang hasilnya didialogkan, kemarin.
============
Awal Mei lalu, kota Makassar sempat tegang. Kematian tragis Hasniati yang dilakukan majikannya Wandi, sempat menyulut amarah. Namun, bara konflik itu tak sempat melebar. Ini tak lepas dari pemberitaan media dalam mengemas isu.

Berita dikemas secara santun dan menggugah humanisme pembacanya. Media watch eLSIM (Lembaga Studi Informasi dan Media Massa) yang melakukan kajian pada empat media besar di Makassar, menyebut, sebagian besar telah menyuguhkan berita yang cover both side (pemberitaan berimbang).

Keempat media yang dikaji adalah; Harian Fajar, Pedoman Rakyat, Berita Kota Makassar, Tribun Timur, dan Ujungpandang Ekspress,

Hasil penelitian eLSIM mencatat, pada dialog yang digelar di Hotel Aston, Rabu kemarin, dari lima media cetak di Makassar tersebut Harian Fajar paling banyak memberitakan peristiwa Latimojong, dengan jumlah berita 20 item (31,3%) dari total 64 item berita tentang peristiwa Latimojong. Sedangkan Ujungpandang Ekspress, paling sedikit menurunkan berita tentang kasus ini, yaitu 6 item (9,4%).

Berita cenderung didominasi tema yang berupaya meredam konflik. Ditemukan sebanyak 20 berita (31,2%), proses hukum 12 item (18,7%). Berita yang cenderung bertemakan aksi massa hanya 3 item (4,7%). Harian Fajar lebih banyak menonjolkan pesan moral untuk menghormati perbedaan dan pengakuan terhadap minoritas. Sedangkan media lain, lebih memfokuskan pada upaya meredam konflik.

Beberapa penanggap juga hadir kemarin, termasuk akdemisi Unhas, Syamsuddin Aziz, Direktur Kelembagaan Komunikasi Sosial Depkominfo, Dr Udi Rusadi MS, dan Pemimpin Redaksi Harian Fajar Sukriansyah S Latief.

Hasil penelitian secara analisis isi dan analisis kuantitatif berita, yang dibeberkan Maqbul Halim dan Muliadi Mau, koordinator program eLSIM ditanggapi Sukriansyah. Menurut dia, kehadiran Media Watch sangat penting untuk memantau berita di media massa.

Tak menutup kemungkinan, kata Sukriansyah, kelalaian bisa dilakukan oleh media. "Meminimalisirnya, tentu amat dibutuhkan pemantau media," kata Sukriansyah.

Di Fajar, kata dia, metodologi bottom up diterapkan bagi wartawan, untuk melakukan perimbangan berita. Yakni, menghubungkan keinginan masyarakat dan kebijakan para elit. "Kepentingan media adalah untuk kepentingan masyarakat," tambahnya.

Kebenaran yang ada pada media, kata Sukriansyah, adalah kebenaran yang sifatnya fungsional bukan filosofis. Karena itu, objektivitas bukan tujuan, tapi Verifikasi kebenaran oleh wartawannya, apakah tetap relevan dengan kejadian yang ada atau sebaliknya.

Ditambahkan Syamsuddin Azis, objektivitas wartawan bisa diragukan. Karena ketika manusia terlibat, ada subjektivitasnya. Maka penelitian yang harus dilakukan adalah dengan mempertimbangkan semiotika, proses produksi berita, pemilihan foto, proses paradigmatik, dan proses framing sangat mengambil peran yang cepat. (*)

Sumber : LAPORAN HAPSA MARALA

Tidak ada komentar:

follow me @maqbulhalim